Saya mencari makna keadilan dengan sebenar-benar kefahaman. Bicara yang datang dari mereka yang punya kalbu terang bukan sekadar bicara kosong tanpa makna...
Masa berlalu... Hari bersilih... Jiwa diwarna pelangi jua guruh menggila... Harus sampai kapan baru selamanya cerah tanpa petir menyambar? Sungguh, kerehatan hanya ada di syurga...
Baru semalam rasanya kami bertemu. Di beranda tinggi, duduk termenung sendiri menanti hujung nyawa. Meski tanpa bicara, mata hati bisa mentafsir...
Aturan Tuhan siapa bisa mengerti. Wajah tua itu bercerita tanpa suara. Tentang segalanya... barangkali ada juga kisah kecewa anak tercinta berpaling dari menyembah Tuhan warisan yang membatu diberi makan sisa jua asap kemenyan. Atau tentang cucu kesayangannya di Malaysia yang jarang2 pulang apalagi bertanya khabar. Ahh, bahasa kita berbeda, maafkanlah... Atau mungkin jua derita maha hebat derhaka darah daging yang khianat menjaga amanah berzaman. Mungkinkah?
Manusia seperti apa punya kekuatan berimpian untuk tidak punya kemahuan seperti kata Ibn Ata'illah? Bacalah berulangkali pun, saya gagal mengerti bicara pengarang kitab Al Hikam ini. Ternoda benarkah kalbu?
Manusia itu seharusnya sedar keberhutangan hamba kepada Tuhannya. Jangan pernah menandingi kehendak Tuhan... Saat keliru datang bertalu2, pada siapa harus diaju soalan? Soalan yang dibalas dengan keikhlasan bukan senyum sinis lirik tajam memperlekeh pencarian kebenaran? Ahh, siapa saja mengerti. Titik! Saya tunggu nukilan taqdir melakar tinta...
Saya kehilangan nenek satu2nya malam ini. Jauh di Thailand, segala upacara pemujaan sedang berlangsung dengan hebatnya. Di sini, peperangan akal dengan suntikan bisa lebih hebat teruji. Episod lama berulang, bantuan dari langit, turunlah dengan segera...
Manusia selalu gagal memahami, namun masih jua menagih kefahaman manusia. Diamlah, sendiri lebih baik...
Noktah! Ada hikmah menanti...
Hanya seminggu pinta saya. Seminggu untuk pulang ke Thailand bertemu buat kali terakhirnya, membisik kalimah syahadah di telinganya, bersama ibu yang mendoakan tanpa henti. Namun manusia harus jangan merencana secara terlalu, kerana Allah sebaik2 perancang...
Dakwah Rasulullah hidup seluruh alam. Menyentuh hati manusia yang dikurnia hidayah, sedang mengalun dingin menyapa manusia tanpa hidayah. Betapa ramai 'ulama besar' celaru kuasa bicara kesat mengeji sesama sendiri. Ramai jua intelektual berkejar2 melakar idea hebat membina ummah namun tanpa sedar memperlekeh sesuka hati bagai manusia tanpa adab. Hati siapa ingin ditawan dengan perilaku sebegini?
Siapa saja bisa menilai ikhlas? Siapa pula sebenar2 pejuang berjuang tanpa 'manfaat'? Mudah sungguh menawan hati si buta yang melaung dan mengangguk saat disuruh. Barangkali sekadar belajar gibran, petes dan pisip, serta ilmu permukaan cukup menjadikan manusia politikus pujaan. Siapa peduli jauh di pelosok tertentu ada manusia dahagakan hidayah? Telingkah anda sungguh meloyakan!
Ya Allah...
Kurniakan daku cintaMu,
Cinta orang2 yang mencintaiMu,
Serta kecintaan kepada amalan2 yang membawaku kepada kecintaanMu...
Harus punya hati cerah tanpa selaput keliru, kefahaman benar datang dari ilmu benar, memadam ragu menyinar yakin... Amin...
Tawakkal....
p/s: Minta maaf, saya sedang emo, anda berhak mentafsir sekadar kefahaman anda...
Masa berlalu... Hari bersilih... Jiwa diwarna pelangi jua guruh menggila... Harus sampai kapan baru selamanya cerah tanpa petir menyambar? Sungguh, kerehatan hanya ada di syurga...
Baru semalam rasanya kami bertemu. Di beranda tinggi, duduk termenung sendiri menanti hujung nyawa. Meski tanpa bicara, mata hati bisa mentafsir...
Aturan Tuhan siapa bisa mengerti. Wajah tua itu bercerita tanpa suara. Tentang segalanya... barangkali ada juga kisah kecewa anak tercinta berpaling dari menyembah Tuhan warisan yang membatu diberi makan sisa jua asap kemenyan. Atau tentang cucu kesayangannya di Malaysia yang jarang2 pulang apalagi bertanya khabar. Ahh, bahasa kita berbeda, maafkanlah... Atau mungkin jua derita maha hebat derhaka darah daging yang khianat menjaga amanah berzaman. Mungkinkah?
Manusia seperti apa punya kekuatan berimpian untuk tidak punya kemahuan seperti kata Ibn Ata'illah? Bacalah berulangkali pun, saya gagal mengerti bicara pengarang kitab Al Hikam ini. Ternoda benarkah kalbu?
Manusia itu seharusnya sedar keberhutangan hamba kepada Tuhannya. Jangan pernah menandingi kehendak Tuhan... Saat keliru datang bertalu2, pada siapa harus diaju soalan? Soalan yang dibalas dengan keikhlasan bukan senyum sinis lirik tajam memperlekeh pencarian kebenaran? Ahh, siapa saja mengerti. Titik! Saya tunggu nukilan taqdir melakar tinta...
Saya kehilangan nenek satu2nya malam ini. Jauh di Thailand, segala upacara pemujaan sedang berlangsung dengan hebatnya. Di sini, peperangan akal dengan suntikan bisa lebih hebat teruji. Episod lama berulang, bantuan dari langit, turunlah dengan segera...
Manusia selalu gagal memahami, namun masih jua menagih kefahaman manusia. Diamlah, sendiri lebih baik...
Noktah! Ada hikmah menanti...
Hanya seminggu pinta saya. Seminggu untuk pulang ke Thailand bertemu buat kali terakhirnya, membisik kalimah syahadah di telinganya, bersama ibu yang mendoakan tanpa henti. Namun manusia harus jangan merencana secara terlalu, kerana Allah sebaik2 perancang...
Dakwah Rasulullah hidup seluruh alam. Menyentuh hati manusia yang dikurnia hidayah, sedang mengalun dingin menyapa manusia tanpa hidayah. Betapa ramai 'ulama besar' celaru kuasa bicara kesat mengeji sesama sendiri. Ramai jua intelektual berkejar2 melakar idea hebat membina ummah namun tanpa sedar memperlekeh sesuka hati bagai manusia tanpa adab. Hati siapa ingin ditawan dengan perilaku sebegini?
Siapa saja bisa menilai ikhlas? Siapa pula sebenar2 pejuang berjuang tanpa 'manfaat'? Mudah sungguh menawan hati si buta yang melaung dan mengangguk saat disuruh. Barangkali sekadar belajar gibran, petes dan pisip, serta ilmu permukaan cukup menjadikan manusia politikus pujaan. Siapa peduli jauh di pelosok tertentu ada manusia dahagakan hidayah? Telingkah anda sungguh meloyakan!
Ya Allah...
Kurniakan daku cintaMu,
Cinta orang2 yang mencintaiMu,
Serta kecintaan kepada amalan2 yang membawaku kepada kecintaanMu...
Harus punya hati cerah tanpa selaput keliru, kefahaman benar datang dari ilmu benar, memadam ragu menyinar yakin... Amin...
Tawakkal....
p/s: Minta maaf, saya sedang emo, anda berhak mentafsir sekadar kefahaman anda...