Ini nukilan luar biasa..

Saya rindu saat pelangi muncul... Kerana munculnya selepas hujan lebat, jua saat guruh telah berlalu. Meski bayangan petir masih bersisa, saya syukur nikmat sementara yang datang dan pergi tanpa pernah ditentu manusia...

Sesekali hati bertemu tenang, apakah ada keindahan setanding damai menyapa kalbu. Bagai bermadu asmara di dunia abadi, memabukkan jiwa pencinta sejati...

Mencari cinta dalam kepalsuan, manusia hanya ketemu kabus dalam keraguan. Mencari keabadian dalam kebenaran, jiwa bahagia dalam kehilangan...

Apakah kita punya impian yang deminya segala suatu yang dimiliki rela dikorbankan? Barangkali punca mengapa wanita singkat akal merela maruah jadi taruhan? Barangkali juga sebab pria arif penuh ilmu mabuk asmara diuji cinta gadis luar biasa? Tanya pada diri...

Kalau sahaja galang ganti menggapai hakikat kebenaran, bersatu dengan Tuhan dalam keyakinan hakiki bisa dibayar dengan kehidupan penuh kepalsuan yang nisbi sifatnya, relakah kita berkorban?

Manusia menggali ilmu anugerah Tuhan..

Manusia menekuni sejarah...

Manusia mendalami falsafah...

Manusia mengaku pejuang kebenaran...

Malang sekali penghujung jalan harta menuju keabadian tinggal harta dunia buat mendabik dada... Ilmu jadi kebanggaan, pengalaman jadi senjata mematikan lawan. Wahai hati, mengapa semakin sirna?

Asal niat seputih kapas... Bagaimana bisa penghujung bernoda?
Saat bicara dilaung tanpa beradab, hilang budi hilang malu.

Diam saja lebih baik, lantaran bicara hanya memusnahkan...

Langit berubah warna... Di sini mendung, di sana terik.

Tanah menyatu menjarak, meski dekat terasa jauh, dalam jauh terasa dekat...

Saat manusia melihat dunia menerusi pandangan kemanusiaan tanpa ketuhanan, jadilah manusia makhluk yang hidup kemudian mati tanpa makna...

Namun memilih menjadi luar biasa...?

Setiap huruf membentuk patah bicara, sungguh zalim menekuni tanpa mengerti...