Saturday, May 30, 2009

senyum seharian...


Hari ini tampaknya lancar berbanding biasa. Meski yang terbuku kekal mendiam, biar yang terzahir menebar rasa dalam penampilan berbeda...

Hampir 3 minggu menanti, hari ini tiba jua ke Manipal...



sweet kan???




Carilah kekasih seperti apapun, saya hanya punya seorang ibu yang telah berkorban segalanya demi seorang anak yang selalu lupa diri...

Terima kasih mama...

Terima kasih...

Owh, buku2 juga telah sampai.. Ada beberapa buku yang tertinggal di rumah. Terlupa dimasukkan barangkali. Tak mengapa, 2 bulan lagi saya pulang ke Malaysia..=)



Saya puas hati berjumpa dengan buku ini. Buku yang menyelamatkan saya dengan sesungguhnya meski tidak sedalam pemikiran tokoh2 tertentu, tapi sangat bermakna kerana hadirnya saat saya tak punya sesiapa membantu. Buku ini hampir lunyai kerana diusung saban waktu satu ketika dahulu, jadi teman tidur, jadi pemujuk akal jua hati. Saya sungguh2 jatuh cinta pada HAMKA... Tanpa pernah menafikan tokoh2 lain, karya2 HAMKA adalah kegemaran saya.

Bersama2 Falsafah Ketuhanan, mama hantar juga karya2 lain HAMKA seperti Ayahku, Islam:Ideologi dan Keadilan Sosial, serta Tasawuf Moden. Saya senyum sepanjang malam.

Juga buku2 lain, tak perlulah dinyatakan, tak larat pula menaip.

Malam ini malam kerehatan, kerana terapi jasad dan jiwa yang datang dari jauh utusan cinta seorang ibu buat lelah menghilang.

Hanya belek2 tulisan Adian Husaini di web INSIST, saya seperti mahu mengulas sesuatu...

Liberalisasi yang membarah di Indonesia sungguh membunuh kekuatan aqidah. Saya selalu mencinta kebenaran, malah kerana itu saban waktu mencari kebenaran. Apa kebenaran yang dicari? Saya tak berani hurai panjang, bimbang disalah sangka. Cukuplah karya2 Prof Al Attas yang tak terhadam saya sedikit sebanyak mengiakan jalan yang saya lalui bukanlah satu kesalahan.

Sungguh mencari titik persamaan adalah satu kemuliaan dalam menghindar telingkah. Namun mencari titik temu hingga menolak kebenaran adalah satu dosa maha berat! Setujukah? Dengan mengakui setiap agama harus dihormati hingga mengiyakan keyakinan dalam kepelbagaian agama, hakikatnya manusia itu mengakui tidak pernah ada kebenaran dalam dunia. Owh, saya tahu ramai tidak faham maka menganggap saya celoteh kosong. Bagi yang terlalu faham pula akan menanggap saya bicara secara permukaan. Saya tidak punya masa menulis panjang. Lain kali kita bicara sedikit tentang sekularisme. Lain kali... Malam ini malam merenung buah hati yang jauh ditinggalkan kini baru ketemu. Malam ini jua waktu berehat dalam saranan Rasulullah kepada Bilal...

Selamat malam...

Thursday, May 28, 2009

rupa...

Saya tertarik pada post kanda sufi saya... Maka saya ingin buat penerusan ceritera. Boleh kanda? =)

Bicara kanda Sufi, ramai sekali obses pada rupa luaran. Saya? Kamu? Kanda Sufi? hehe. Bagaimana kita?

Ramai sekali melihat dengan mata semata. Kata seorang sahabat, yang baik pada diri seseorang itu selalu datang selepas dinilai cantiknya. Begitukah kita menilai manusia?

Siapa saja tidak punya rasa ingin dipuja kerana indahnya rupa. Allah juga mencinta kecantikan... Namun cantik semata sungguh bukan nilaian sebenar keindahan...

Saat pencinta mula mencinta, sungguh kekaguman pada wajah bisa melahirkan kemabukan luar biasa. Bisa saja pencinta merindu siang malam, bagai hidup semata menanti detik bersatu dengan kecintaan... Teringat nukilan Ibn Qayyim tentang Cinta dan Rindu Menurut Al Quran dan Sunnah kalau cinta itu berputik dari sesuatu. Apabila hilang punca cintanya, maka hilanglah rasa cinta. Nampak kaitannya?

Mudah saja memikat hati manusia. Dengan nukilan indah bicara sakti, hati bisa tunduk memabuk jiwa... Haish... Pujangga pula malam2 buta ni...

Selamanya, selagi baldu palsu jadi nilaian, rugilah manusia mencinta kepalsuan. Apakah nilaian wajah mahupun kulit setanding sinar kalbu yang memancar kesucian?

Apakah saat manusia hilang upaya, cela wajahnya, cacat pancainderanya, sirna sinaran matanya, kelu bicara lidahnya, tempang langkahnya, maka hilang jua rasa cintanya? Palsu sungguh rasa cinta...

Jiwang... Hahaha...

Kamu mengerti? Kalau punca cinta itu harus sejati. Maka kerana itu Ibn Qayyim bicara, sebab cinta itu harus datang dari kesucian niat, berpunca dari kecintaan Agung...

Renung2 lama, rupanya Ibn Qayyim setuju dengan Law of Attraction. Owh, buku2... Bilakah kamu mahu sampai?

Katanya, manusia itu dipertemu atas dasar keserasian niatnya. Meski terpisah dua benua, keserasian jua bakal menyatukan insan. Maka andai 2 pencinta mencari kecintaan Agung, maka dipertemukanlah keduanya dalam taqdir Allah yang tiada pernah terduga insan... Bukankah jelas janji Allah? Ada hadith juga memperkukuh hujah Law of Attraction ini , nanti saya cari semula. Tunggu buku2 sampai...

Mawar mekar antara mawar. Mata menilai, ada indah ada cela. Semudah mata menilai mawar, apakah mawar senilai pandangan 'buta' tanpa hakikat? Biar saja mata 'buta' terus membuta. Masih ada nilai tambah pada tajam duri memagar kelopak merah. Masih jua punya nilai pada cengkam akar memaut bumi. Harumnya jua biar terhidu menyentuh kalbu. Biar nilai dinilai jiwa terlerai hijab... Siapa peduli? Saya tak peduli. Anda peduli?

p/s: asya razak, kamu di btn baik2... sy tgu kamu balik untuk bergosip... =)

Thursday, May 21, 2009

mengemis...

Masa berlalu mengiring payah. Sesekali kaki tersadung, syukurlah semahunya masih punya waktu untuk bangkit, jua untuk punya sedar. Lumrah manusia menukil lakaran2 kehidupan di atas kertas berpandu waktu2 tertentu, tanda punya rencana bagaimana hidup harus jadi sempurna. Namun tanpa sedar, bisa saja rencana sehari2 itu menolak keberadaan Tuhan dalam hidup andai tanpa sedar manusia hanya mengait tautan diri dan dunia, hingga lupa tiada pernah sedetik makhluk bernama hamba ini punya hak atas dirinya...

Terdampar di perantauan manusia belajar mengenal apakah kebenaran, apakah kekhilafan. Sesaat berada dalam nikmat, selalu sekali manusia lupa kalau sesungguhnya segala apa yang dicintai itu hanya ujian yang mendatang dalam senang jua dalam payah. Selama mana manusia menilai kulit dan nombor2, maka selama itu manusia tertipu dengan citra palsu tanpa Al Haqq...

Post ini post panjang...

Sila sabar jika ingin faham...

Beberapa hari berlalu, saya masih teringat kisah yang satu ini.
Kebetulan hari itu saya ke Snack Shack (restoran) bersama sahabat2. Pulang dari sana, seperti selalu kami dikejar kanak2 yang meminta sedekah. Dan harus difahami kondisi di sini, betapa kepayahan hidup bisa saja mendesak manusia untuk mencari sumber penerusan survival dalam keterpaksaan pelbagai. Maka selalu mereka ini menarik2 baju, mencubit kita dalam ketidaksengajaan. Kerana keterpaksaan saya tekankan sekali lagi.

Hari itu juga, entah apa yang buat saya jadi hilang sifat manusia. Dalam bergegas mengelak dikejar anak2 ini, seorang adik kecil mampir kepada saya, menarik baju saya, juga tangannya memegang bungkusan makanan yang saya belikan buat kawan di asrama. Semakin lama, semakin kuat tarikannya, dan saat itu tanpa sedar senang saja saya menepis tangan adik ini. Saya menepis tangannya bagaikan budak perempuan ini bukanlah golongan yang harus dibantu sedang saya semudahnya bicara soal jihad dan perjuangan. Bagaikan segala tayangan duka ini hanyalah kisah picisan yang tidak setanding dengan buku2 tasawuf, haraki, fiqh, falsafah dan sebagainya yang saya teliti saban waktu terluang. MALU!!!

Rupanya di sini kisah2 duka bukanlah satu fokus dakwah yang harus dipandang besar. Bagaikan taboo untuk membantu mereka2 yang malang ini kerana bimbang dikejar, bimbang ditarik, bimbang diasak dengan peminta2 ini.

Selepas saja saya menepis tangan budak perempuan itu, toleh kembali ke belakang saya kecewa dengan diri. Nyaris saja tak terlanggar lori. Kecewa, lapar, sedih, menyesali nasib jua barangkali perasaan budak itu. Betapa saya mengerti sakitnya hati diperlaku begitu.

Part of the fineness of one's submission (in Islam) is one's abandoning that which is of no concern to him. (Hadith narrated by Malik and Ahmad from 'Ali b al-husayn while Ibn Majah narrates it from Abi hurayrah)

Bukan mudah menjadi muslim yang benar2 berserah. Membuang segala rasa cinta yang terlalu kepada dunia memang mudah dimadahkan, namun saat berdepan realiti siapa saja yang tinggal menjadi manusia yang sedar diri?

Bayangkan betapa manusia seenaknya menjamah makanan enak di restoran2 mahal, namun sungguh payah menghulur beberapa rupee demi Tuhan yang hakikatnya pemilik segala. Astaghfirullah... Sudah jadi immune kah saya pada rasa simpati?

Seteguh apakah alasan bimbang dikejar pengemis yang meminta sedekah dengan tuntutan di padang Mahsyar nanti saat ditanya dan didesak apakah perlakuan saya saat ada manusia merana meminta sesuap nasi sedang saya seenaknya menjamah penuh mewah? Apakah keberkesanan sentuhan tarbiyyah dan usrah andai keselesaan dan ukhuwah ini hanya mekar dalam biah solehah, namun saat turun kepada realiti umat yang pincang segala, daie jadi kaku dan layu bagai tidak pernah terdidik erti Islam, Iman dan Ihsan? Siapa saya? Siapa kamu? Siapa kita? Kitakah makhluk yang mengaku Muslim yang berserah segalanya kepada Tuhan? Maka kitakah yang tidak tahu malu mencintai harta dunia, kedekut pada makhluk Tuhan dan kemudiannya mengaku sebagai Muslim? Malu!!!

Selak2 buku The Argumentative Indian tulisan Amartya Sen tentang sejarah, budaya dan identiti India, saya merasakan kedekatan dengan mereka yang tertindas... Mari kita beralih dari sesalan kepada pencerahan akal dan jiwa...

"For I dipt into the future, far as human eyes could see, I saw the vision of the world, and all the wonder that would be."

Kalau saja semua warganegara India ini diberi kesedaran akan apakah yang bisa berlaku mengikut phrase all the wonder that would be....

Sewaktu Jawaharlal Nehru menyampaikan ucapannya pada 1947, beliau bukan sahaja mengimpikan India yang bebas dari cengakaman British, Nehru juga punya impian meleraikan jurang kelas dan ketidakadilan ekonomi, politik dan sosial yang melanda masyarakat India. Namun impiannya dikatakan terlalu 'ambitious'.

Di India, ketidakadilan bukan sekadar mencakup dimensi kelas, namun lebih dari itu melibatkan pengaruh jantina, kasta, agama, komuniti dan sebagainya.Beberapa dekad telah berlalu, namun progres mendekatkan jurang beza ini berjalan terlalu lambat. Saya kira, barangkali kerana pejuang yang punya semangat mendekatkan jurang kelas ini tidak bersedia mengakui harus jua dimusnahkan benteng2 ketidakadilan yang lain seperti penindasan ke atas kaum wanita dan kasta. Berat? Sabar...

Sesekali pergilah Manipal Bookstore atau Manipal Bookland dan cari buku ilmiah mencerah pandangan alam. Baru terbuka minda kita tentang realiti masyarakat sekeliling.

Bayangkan nasib seorang wanita yang lahir dalam kasta rendah, miskin pula kehidupannya. Ketidakadilan sosial ini hakikatnya tidak terlerai kerana rasa apati yang meninggi pada golongan atasan. Malah andai ada sesetengah golongan yang kononnya berjuang membela, bisa saja ramuan yang salah menambah luas jurang kelas ini. Owh, belum kira lagi golongan yang suka menangguk di air keruh...

Polisi makanan dan kelaparan...

India hakikatnya mengalami masalah kekurangan makanan yang lebih teruk berbanding sub-Saharan Africa. Hampir separuh kanak2 India mengalami tumbesaran tanpa makanan berkhasiat dan mencukupi, bayi lahir kurang berat dan lebih dari separuh wanita India mengalami anemia. Fenomena ini bukan sekadar buruk pada keadaan, namun sifat ketidakpedulian masyarakat menjadi racun yang membarah kondisi.

Apa impian Nehru tentang kebebasan? Bebas dari cengkaman British?

Senyum seketika... Segala impiannya masih jauh tak tergapai. India memang sudah merdeka daripada jajahan British secara fizikal, namun hegemoni ini menjajah generasi mudanya menerusi globalisasi hingga hilang budaya berzaman, yang tinggal hanya kesan sentralisasi yang membawa anasir2 baik mahupun buruk dari Barat lalu ditimbunkan di sini menjadi budaya yang celaru.

Saya mencari punca celaru akhlak, maka barangkali jiwa kurang sinar dengan ta'dib dan tarbiyyah. Harus disinar dengan cahaya taqwa dan kefahaman benar tentang pandangan hidup Islam. Jua, untuk mengerti sunnatullah yang diaturkan Allah sebagai i'tibar, harus dikaji sejarah manusia, tentang bagaimana berlaku sesuatu serta apa akibatnya. Berada di India, rugilah budaya mereka dipandang sepi sedang Allah mencipta pelbagai kaum dan budaya agar manusia saling mengenal dan berukhuwwah.

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya" (50:16)

Wallahua'lam...



Sunday, May 17, 2009

tiada tajuk...

Bismillahirrahmaanirrahim...

Saya capik hari ini. Letih terlalu dengan maklumat tanpa makna. Betapa saya mengerti sedalamnya kalau ilmu perubatan ini juga datangnya dari Allah, maka harus jua sampai kepada Empunya ilmu. Namun sistem perubatan yang dibina dari Barat ini sama sekali menghilangkan unsur kerohanian di dalamnya, hingga untuk menzahirkan unsur ketuhanan dalam ilmu perubatan ini harus saya cari dari sumber2 tertentu yang terkadang tersekat dek kekangan masa melampau.

Capik? Barangkali tidak secapik masyarakat Malaysia yang mual melayan kerenah politikus berhelah. Sejujurnya saya yang buta politik ini gagal mengerti sistem apakah yang sebenarnya diguna pakai dalam realiti politik di Malaysia, Siyasah Hayawaniyyah? Siyasah 'Aqliyyah? Atau Siyasah Syari'yyah? Biarlah... Menggelar dan digelar, bibit2 selisih kaum, dan kekasaran pelbagai buat pemerhati luar jadi muak. Biar bicara seiring langkah. Kalau bukan upaya, turun saja dari takhta!

Emosikah? Barangkali gara2 terperap dengan buku menggunung. Sedih juga mengenang paper practical Physiology yang lunyai saja barangkali. Biarlah... Ada kifarah di situ saat saya merenung... Biar, Allah masih sayang akan diri...

Kenapa bicara tentang dualisme ilmu dan politik di atas?

Bayangkan, di sini segalanya hanya belajar. Belajar mengenal maklumat, di mana erti ilmu. Saya gagal mewujudkan perkaitan sempurna setiap isi pembelajaran di sini dengan sistem ilmu sebenar Islam yang mana Fardhu Kifayah harus akhirnya bersatu dengan Fardhu Ain.

Sistem yang mengajar bagaimana menjadi doktor yang punya kepakaran, punya upaya mengingat sempurna, tidak semestinya melahirkan doktor yang kenal Tuhan. Kenapa? Kerana sistem ini asal usulnya terzahir dari manusia yang tidak percaya Tuhan. Kaji sendiri sejarah Hippocrates...

Penentu taraf dan standard kemajuan diletak pada permukaan seperti Indeks Pembangunan Insan PBB yang melihat pada faktor jangka hayat, pencapaian pendidikan dan Kadar Hasil Kasar Negara. Tidak pula diambil kira negara2 maju ini punya rakyat tersisih di tepi jalan yang tinggi, kadar pembunuhan, pelacuran, kadar bunuh diri... Owh, tentera Israel juga semakin ramai bunuh diri gara2 tekanan terlalu... Berjuang tanpa Tuhan... Harus hati kosong, jiwa kacau...
Saya rindu ikut serta dalam kajian kitab2 lama Melayu bersama seseorang di Malaysia. Terlalu jauh tak tergapai...

Serabut sungguh post kali ini...

Bayangkan! Sekularisme ini semakin tenat! Jangan sampai yang tinggal di hujung hanya perca yang tak termampu disatukan...

Kata Crabb, ahli semantik Inggeris,

Depravity, depravation and corruption all of them are applied to objects which are contrary to the order of God. Depraved state of morals are more open and public, in defiance of all decorum such as barbarism, but a corrupt state of society is when vices secretly insinuated themselves into all principles and habits of men, and concealed its deformity under the fair semblance of virtue and honour such as during the Roman empire.


Maka, apabila amalan yang tidak baik dipopularkan, bagaimana mahu dizahirkan citra sejati muslim. Kata seseorang, yang susah baginya bukanlah menjadi pemimpin atau sebagainya, namun menjadi muslim yang berserah sepenuhnya kepada Allah. Dalam susah jua dalam senang...

Usaha pembinaan ini harus bermula dari individu muslim, namun binaan di atas tidak harus juga dilupakan. Biar berperingkat dengan sentuhan hikmah mengikut panduan Al Quran dan Sunnah. Menjangkau usia 20 tahun, harus sedar kalau permainan emosi jangan sampai melengah juang. Biar sebati segalanya dengan agama. Saya tertanya2 mungkinkah ada pria dari langit akan bisa melaksana konsep globalisasi melebar luas sinar hakiki ke melata buana, ataukah globalisasi ini benar2 jadi sentralisasi sebagaimana bicara Zeenath Kausar? Di manakah kamu?

Yang terlihat di sekeliling hanya yang kurang upaya, saya juga begitu barangkali. Hai Nuhara...Sabar...

Tajuk post ini tiada tajuk, kerana jujur! Saya tiada idea untuk tajuk, tak merancang menulis apa, hanya letak tangan di atas keyboard dan inilah yang terhasil...

Wednesday, May 13, 2009

Hutang tertangguh...

Purnama menyinar, berganti mentari. Masa demi masa berlalu, yang tinggal jadi kenangan, jadi penilaian, jadi sesalan, jadi renungan, agar manusia jadi sedar diri...

Sila muhasabah niat...

Sila sedar diri...
Sila sedar diri...
Sila sedar diri...

Yang mendatang pada diri adalah ujian iman, letak duduk darjat hamba di sisi Allah...

Buat kamu terpisah keluarga, kamu masih punya aqidah seteguh Jabal Uhud... Sabarlah...

Buat kamu tersisih sahabat dunia silam, apakah setara ilmu kamu pada kebenaran dengan kehilangan manusia yang tidak punya sedar? Sabarlah...

Buat kamu yang masih mencari2 diri dalam ilmu2 yang berat dihadam, moga kamu sabar dan sabar... Sila jaga niat kamu sebagai bakal doktor muda... sabarlah...

Buat kamu yang mencari-cari pasangan hidup semulia Ainul Mardhiah, moga kamu dipertemu wanita mulia itu. Sungguh kamu manusia penuh tabah... Sabarlah...

Manusia2 di atas... Kamu tahu siapa kamu... Kamu tahu kamu sekalian sangat istimewa...

Hutang tertunggak...

Tertunggu2 buku2 dari Malaysia. Kata mama, 10kg buku je.. Haha.. Kesian ibuku...

Rindu...

Rindu Ihya' nukilan Al Ghazzali...
Rindu koleksi2 Hamka...
Rindu puisi2 Jalaludin Rumi dalam Matsnawi...
Rindu buku2 menguji sabar Al Attas...
Rindu Sophie's World...
Rindu yang lain2 juga...

Sunday, May 10, 2009

mencari prioriti… menjadi diri…

Kronologi kehidupan barangkali menetapkan betapa kehidupan itu bermula dengan kelahiran, melihat dunia dari mata kecil seorang bayi, belajar bertutur dari bibir mungil seorang kanak-kanak, mengenal dunia menurut penilaian seorang remaja, membina diri bersama kedewasaan, merenung sejarah lampau menerusi memori di usia emas, kemudian kembali ke tanah dijemput Izrail… Siapakah antara kita berani bangkit melontar idea baru bahawa hidup ini bakal berpanjangan tanpa ada noktah bergelar ajal?

Namun fitrah Sunnatullah, betapa tidak ada aliran perjalanan kehidupan yang sama bagi setiap manusia. Lantas corak yang pelbagai dalam melakar warna kehidupan itu yang membezakan antara seseorang dengan yang lain… Antara insan, manusia atau haiwan…. lebih tepat kalau dikatakan bahawa hanya taqwa menjadi penanda aras darjat makhluk bernama manusia. Ada insan yang lahir dan membesar dalam keazaman bahawa sesungguhnya gelaran khalifah di muka Bumi tidak harus dipersiakan dengan kehidupan penuh kekosongan… Penuh keseronokan tanpa ada bekalan menuju keabadian… Namun tidak kurang yang lahir semata2 melihat dirinya menerusi orang lain, mengambil watak pada manusia lain hingga akhirnya menimbulkan kecelaruan personaliti… Tambah menyedihkan andai pencarian prioriti kehidupan masih lagi belum ditemui…

Menjejak ke dunia seorang remaja, barangkali majoriti lebih senang bebicara tentang keasyikan pesona dunia. Dengan pakaian berjenama, barangan berkualiti diiring harga yang tinggi, hujung minggu bersama sahabat meronda pusat membeli-belah atau berfoya-foya bersama kekasih (semoga dijauhkan).

Maka dalam post kali ini, saya cuma ingin berkongsi idea adakah kita benar2 meletakkansesuatu pada haknya, benarkah prioriti masa kita diatur sempurna,serta adakah perlakuan dan tugas2 yang kita atur seharian berlangsung dalam prioriti yang tepat… Seperti post2 sebelumnya, tak terdetik untuk menulis sesuatu yang berat. Hanya berniat untuk menyentuh hati sendiri dan sesiapa yang mencari diri agar bertemu citra abadi.

Beberapa minggu kebelakangan ini, terasa ada anjakan dalam kitaran kehidupan. Keagungan Allah yang menentukan ceritera kehidupan akhirnya menemukan saya dengan dengan satu fasa baru kehidupan yang rupanya menjadi lembaran baru sebuah perjalanan seorang remaja. Kalau dulu melihat kebejatan sahsiah masyarakat, saya barangkali lebih banyak mencela dalam hati, kesal dengan kejahilan empunya diri, dengan sepotong doa moga mereka diberi petunjuk. Tapi kini, menerusi perspektif berbeza, saya menilai situasi yang sama dari dimensi yang lebih luas. Apakah mereka yang pincang akhlak ini sedar nilai sebuah kehidupan? Apa silapnya keindahan pekerti tercalar? Ibu bapakah yang celaru? Saya melihat kecelaruan identiti yang parah berlaku. Remaja ini tidak sedar nilai agamanya, nilai bangsanya, nilai agamanya. Mereka apati pada sejarah kegemilangan dan kejatuhan silam.. Mereka kabur pada watak2 antagonis Barat yang bermadu wajah, merobek citra seorang remaja muslim. Segalanya kini bersangkut paut. Susah nak dihuraikan, sebab saya pun baru tersedar. Sukar menjelaskan, kerana pandangan ini dirasa menerusi hati yang kian terang…

Ada tanggungjawab tergalas di bahu anda.. Samada lelaki mehupun perempuan, dalam ruangan berbeza, kitalah rantai2 yang menyambung perjuangan… Perjuangan yang dimulakan dengan akal yang merdeka dan kaya dengan ilmu, membuka hijab hati, sehingga aqidah terpatri kukuh, maka lahirlah jalan perjuangan yang dilakar sempurna.. Mudahnya menyusun bicara, sesak dada melaksana amanah. Namun buat yang punya hati, semoga langkah kita tidak mati…

~ara~

p/s: terima kasih atas nasihat kamu di Malaysia. Memang kamu seumpama saudara kandung, kamu faham saya sedalam2nya... Terima kasih... Terima kasih... Dilema penyu bakal dileraikan...

Saturday, May 9, 2009

Selamat Hari Ibu...

Selamat Hari Ibu...

Taqdir dinukil indah... Setiap detik berlalu bakal jadi memori silam, mengingatkan manusia kalau jiwa hamba harus selalu mengaku lemah di depan Tuhannya. Bukan mudah mendidik jiwa berjiwa hamba, menyerah aturan semata2 kepada Allah, melepaskan hati dari berkehendak sesuatu yang bukan kehendak Allah... Namun penyerahan secara mutlak inilah yang saya maksudkan sebagai kebahagiaan abadi, tema utama blog ini terbina...

Hari Ibu datang lagi...
Buat wanita yang paling saya cintai, tiada pernah ada kekayaan di seluruh dunia ini setanding dengan pengorbananmu. Malang sekali, tidak banyak sifat2 mulia yang saya warisi. Saya belajar... Saya sedang belajar menjadi setabah dirimu...

Jauh sudah dirimu merantau. Dari desa Golden Triangle menyatu 3 buah negara di utara Thailand, menjadi seorang muslim mengubah segalanya. Benarlah kalau kemuliaan itu hanya datang dalam Islam. Islam yang benar2 Islam. Islam yang sedar hakikat kehambaan. Islam yang sedar ma'na penyerahan hakiki...

Terlalu banyak ingin dinukil, sebuah novel barangkali tidak cukup melakar kisah dirimu... Namun dari jauh, ada doa yang tidak pernah putus....

Terima kasih mama...

Terima kasih sudi setia melawan dugaan maha hebat dan kekal bersabar demi seorang anak yang selalu lupa diri...

Terima kasih tetap sedia mendidik tanpa pernah mengajar erti dendam dan kebencian mesti hidup kita selalu diuji mehnah pelbagai...

Terima kasih selalu mengingatkan erti hidup bererti yang bahagia selalu datang dari hati, bukan dari harta dunia sebagai sandaran...

Terima kasih kerana tidak pernah meninggalkan meski selalu lakaran hitam mencalit kanvas kehidupan...

Terima kasih atas ketetapan hati mendidik anak yang punya sifat ingin tahu yang tinggi, hingga sesekali melanggar etika manusia beradat...

Terima kasih mama...

Terima kasih kerana selalu mendoakan dalam sujud akhirmu di setiap tahajud malammu...

Cinta itu datangnya dari Tuhan. Selalu kuucapkan, cukuplah bahagiamu di akhirat nanti menjadi kebahagiaanku... Berdua mendidik kita kekal kuat dalam badai benci. Namun selalu sayangmu memadam derita...

Buat sahabat yang mengaku mencinta ibubapa, bukan harta nilaian cinta. Saat hati merindu, ibu bukanlah hak milik seorang anak. Anugerah ini adalah harta dunia sebagai bekalan manusia menuju keabadian. Anak yang melanggar etika kehambaan adalah seburuk2 manusia. Jadilah insan yang bisa menjadi harta bonda di alam abadi...

Hati...
Ajar hati kenal diri... Kalau hati itu harus mengaku hamba. Mengharap sesuatu diluar lingkup kehambaan menentukan, bisa membunuh sifat kehambaan, menjauh manusia dari makna sebenar penyerahan hakiki... Sabar...

My goal for you is for you to forget all goals
As long as you persist on the path of guidance,

For you to leave aside existence and not long for it
And grasp hold only for the cord of firm reliance.

How long will you neglect me while I always
Watch over you with love and diligence?

Will you make yourself my partner in ownership
and compete with me against wisdom's radiance?

Ungkapan di atas saya petik dari Kitab al-Tanwir fi Isqat al-Tadbir (The Book of Illumination) oleh Ibn 'Ataillah yang menjadi peneman saya saban malam... Memang bukan taraf saya menghadam, moga dengan izin Allah beroleh ketenangan hati meneliti bait2 kata yang selalu memujuk jiwa kalau dunia bukan destinasi akhir...

Sabar...
Sabar dalam mencinta... Saat cinta manusia melebih cinta kepada Allah, malulah mengaku sebagai hamba...

Menulis bukanlah sesuatu yang sukar. Tetapi menulis sesuatu yang akhirnya menuju kecintaan kepada Allah bukanlah semudah menukil ayat indah semata. Bahawa Islam itu sempurna, mengislamkan setiap dimensi kehidupan, agar bahagia abadi adalah tetap bersama Tuhan...

Selamat Hari Ibu!!!

~dr ARA~



Monday, May 4, 2009

terima kasih...

Bismillahirrahmaanirrahim....

Berat menaip patah2 bicara dalam kesibukan mencengkam. Sekilas menoleh sisi, lebih baik kiranya bermesra bersama BO dan buku-buku peneman sejati. Entah atas alasan apa, hati tergerak jua mencari terapi lelah, maka di sini segalanya diluah...

Terima kasih...

Hanya kerana ini saya menulis untuk kali ini...

Terima kasih kepada mama yang selalu menyayangi... Terima kasih atas dugaan melahirkan dan membesarkan diri yang selalu dicalit khilaf... Terima kasih... 20 tahun sudah tanganmu melakar warna2 indah...

Terima kasih atas ucapan Hari Lahir pertama dari seseorang yang amat saya sayangi... Saya tahu kamu selalu menziarah, saya tahu kamu selalu dilukai saya, saya tahu kamu menunggu khabar dari saya, hanya saya yang penuh dosa ini malu bertemu kamu memula bicara. Minta maaf sahabat, kamu selalu ada dalam doa. Minta maaf... Terima kasih atas ingatan, saya tidak pernah menjauh, kalau masih ada ruang, izinkan jalinan terlakar kembali...

Terima kasih kepada makcik KMB yang menceriakan malam Hari Lahir yang duka. Terima kasih atas lawak2 gila kamu, Chulalongkorn diharamkan ke atas si comel ini!!! Kamu faham! Terima kasih sudi mendengar azam 20 tahun saya. Haha.. Kita tunggu apa hasilnya. Terima kasih, kamu sangat dihargai...

Terima kasih atas panggilan2, sms2 dan email2 Hari Lahir dari sahabat2 yang sudi mengingati. Terima kasih kepada kak Srisufi, aizat dan asya razak (inilah makcik KMB) yang sudi menulis post hari lahir saya di blog kamu... Syahdu sungguh!

Terima kasih buat sahabat2 di Manipal yang mengejut di malam hari bersama kek Hari Lahir di depan pintu. Ayam BBQ sedap!! Kalian memang sangat disayangi...

Saat bual2 panjang bersama Asya, saya disuruh mengaku khilaf kepada insan2 yang saya hargai. Maka dengan ini, sila terima pengakuan berani... hehe...

Saya bukanlah manusia yang selalu sensitif kepada persekitaran. Saya sangat kuat pelupa, anda boleh tanya mak dan kawan baik saya, asya. Maka disebabkan ketidaksensitifan dan sifat pelupa saya, saya susah mengingat nama orang, susah mengingat tarikh lahir, susah mengingat tarikh2 penting, susah reply email dan msg, dan susah segalanya. Bukan kerana tidak peduli. TIDAK2!!! Tapi ini memang sifat buruk yang selalu sukar dikikis. Saya cuba. Saya cuba... Kerana itu, ramai terasa hati bila email mahupun sms anda tidak dijawab, ramai... Ramai... Saya minta maaf, sahabat baik saya pun selalu terasa hati. Minta maaf... Apabila keadaan jadi semakin tegang, saya juga bukan manusia yang bijak mencari ruang memohon maaf, terlalu panjang berfikir apakah yang perlu dikatakan, rupanya keadaan makin tenat... Minta maaf...

Saya punya tahap spontan yag tinggi. Selalu dimarah bertindak luar kawalan. Minta maaf kepada yang khuatir, setakat ini saya masih selamat dan bernyawa. Bukankah Allah sebaik2 pelindung? Sila jangan risau terlalu.

Menjadi diri lebih baik bukan? Tapi diri yang penuh khilaf ini akan digilap, sila bantu dan doakan...

Harus fitrah sendiri difahami atau bagaimana sebenarnya? Ada jawapan?

Paling utama...

Syukur padaMu ya Allah... Tuhan yang sentiasa memberi kurnia, walau sedikit sekali aku jadi hamba yang sedar diri. Syukur atas segalanya... Tiada kata bisa menggambarkan nikmatMu...

p/s: Benar2 mahu ke sana!!! Semoga dipermudah. Kak Sri kamu faham kan?